
Waktu berjalan sangat cepat, menyibak besarnya hati seorang yang telah duduk termenung di kamarnya, dialah Sutejo. Tak terasa sudah tiga tahun dia menjalani rutinitasnya sebagai seorang mahasiswa di salah satu universitas ternama di kota ini. Meskipun tidak dari keluarga yang terpandang, tidak juga dari keluarga yang kaya, namun Sutejo telah membuktikan minimal pada dirinya sendiri bahwa dia mampu bersaing mendapatkan bangku kuliah di tempat yang ia impikan.
Detik berlalu meninggalkan lamunan yang mendalam, bisa disebut sebagai renungan, curahan hati yang terpendar di dalam pikiran Sutejo. Kali ini dia menginginkan kehidupan yang serius untuk masa depannya, sebagian besar yang ia renungkan adalah tentang kuliahnya di jurusan teknik perkapalan, jurusan yang menjadi pilihan keduanya saat ujian masuk perguruan tinggi.
Jurusan Teknik Perkapalan. Mungkin bagi kebanyakan orang jurusan ini hanyalah jurusan yang tidak difavoritkan dalam persaingan kerja kelak karena bidang yang dicakup sempit yaitu tentang kapal saja jadi nantinya kalaupun dapat pekerjaan juga tidak jauh dari yang namanya kapal. Dibandingkan dengan jurusan informatika misalnya, tentu akan lebih luas informatika karena kebutuhan akan orang yang pandai komputer hampir ada di semua perusahaan. Dengan kata lain, seorang lulusan informatika akan lebih mudah mencari pekerjaan dibanding lulusan perkapalan karena lapangan kerja bidang informatika lebih luas daripada bidang perkapalan, seperti itulah analogi yang selama ini berkecamuk di pikiran Sutejo.
Tak berhenti dengan hanya renungan saja yang dilakukan Sutejo malam itu. Dengan diiringi lagu “jangan menyerah (by D’massiv)”, Sutejo mencari sebatang pena dan secarik kertas dari tumpukan buku-buku kuliah yang terlihat berantakan.Entah apa yang akan dia tulis, tidak serta merta terbayang di pikirannya tentang apa yang dia tulis nanti. Ia hanya menuruti keinginan hatinya untuk menulis sesuatu.
Kata pertama yang ia tulis adalah waktu. Ia berpikir, waktu adalah sumber kehidupan yang merupakan variable pembatas. Waktu sifatnya tetap, sehari ada 24 jam, sejam ada 60 menit dan seterusnya. Seperti halnya pada ujian akhir semester, untuk menjawab 5 soal disediakan waktu 120 menit, begitulah kehidupan yang kita jalani. Sang Pencipta memberikan waktu untuk kita untuk menghadapi ujian dariNya dengan periode tertentu yang biasa kita sebut sebagai umur. Umur yang kita miliki merupakan sebuah variabel pembatas, batas bawahnya disebut lahir dan batas atasnya disebut meninggal/wafat dengan grafik fungsi yang disebut kehidupan. Sejenak Sutejo berrhenti berpikir, jalan kehidupannya telah sampai di titik mana, apa saja yang telah dia kerjakan selama ini, bergunakah apa yang dia lakukan, dan tentunya tentang apakah dia lulus dalam ujian hidup ini.
Waktu memberikan kita harapan untuk memperbaiki yang telah rusak, menambah apa yang kurang dan menilai apakah sudah baik atau buruk. Kadang kita lalai apakah kita telah menghargai waktu yang telah diberikan Tuhan pada kita. Itulah yang Sutejo resahkan dan mungkin para pembaca juga resah karenanya. Untuk itu, rasa syukur harus tetap kita panjatkan pada Tuhan kita. Janganlah berhenti berkarya lebih baik lagi dalam kehidupan ini. Bukan hasil yang terpenting, tetapi proses kita dalam mempergunakan waktu. Semoga kita bisa menjadi orang-orang yang selalu mempergunakan sisa waktu ini dengan sebaik-baiknya.
0 Comments to "Renungan Sutejo ( Makna Kehidupan )"